Pakar Cyber: Sistem Keuangan Sudah Aman, tapi Penipuan Digital Sering Terjadi Akibat Manipulasi Sosial

Ilustrasi Seorang pakar cyber security. (Dok. Ist)

Faktabatam.id, NASIONAL – Pakar cyber nasional mengingatkan masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai modus penipuan digital yang kian beragam. Peringatan ini disampaikan seiring meningkatnya aktivitas transaksi daring (online) di tengah masyarakat.

Pakar cyber Indonesia, Sudhista Febriawan Wira Pratama, mengatakan bahwa ciri-ciri pelaku penipuan digital sebenarnya dapat dengan mudah dikenali.

“Ciri umum pelaku penipuan digital dapat dikenali dari sikap tergesa-gesa, menjanjikan hadiah, atau meminta data sensitif seperti PIN dan kode OTP,” kata Sudhista, Senin (3/11/2025).

Ia melanjutkan, langkah sederhana untuk mengantisipasi penipuan digital adalah dengan menanamkan kewaspadaan dasar pada diri sendiri.

“Langkah sederhana untuk mengantisipasi penipuan digital adalah tidak mengklik tautan mencurigakan, tidak membagikan OTP, hanya mengunduh aplikasi dari sumber resmi, serta selalu memverifikasi sumber komunikasi,” jelasnya.

Sistem Kuat, Manusia Jadi Celah

Sudhista, yang juga ahli dari GHO Cyber Security and Fraud Management Finnet Indonesia, menjelaskan bahwa sistem keamanan digital milik penyedia infrastruktur keuangan saat ini sebenarnya sudah dirancang sangat kuat.

“Sistem keamanan digital milik penyedia infrastruktur keuangan seperti Finnet telah dirancang berlapis, mencakup deteksi penipuan (fraud detection), perlindungan data, dan pemantauan transaksi secara waktu nyata (real time monitoring),” katanya.

Namun, ia menyoroti bahwa sebagian besar kasus penipuan yang terjadi belakangan ini bukan disebabkan oleh kelemahan sistem perbankan atau fintech, melainkan karena faktor kelalaian manusia. Pelaku kini lebih sering menggunakan teknik manipulasi sosial (social engineering) yang menargetkan pengguna secara langsung.

“Banyak kasus terjadi karena korban tertipu memberikan OTP, PIN, atau data pribadi kepada pelaku. Sistem kami bisa mendeteksi anomali transaksi, tapi tidak bisa mencegah jika pengguna sendiri menyerahkan datanya,” ujarnya.

Tips Hindari Penipuan

Sudhista menekankan, pencegahan paling efektif adalah kombinasi antara teknologi yang kuat dari penyedia layanan dan kesadaran pengguna yang tinggi. Ia pun membagikan tips keamanan praktis bagi pengguna layanan pembayaran digital.

“Jika menerima fake call atau tautan mencurigakan, jangan diklik. Instal aplikasi hanya dari Play Store atau App Store, hapus pesan mencurigakan, dan laporkan sebagai spam,” imbuhnya.

Ia juga menyarankan agar masyarakat segera menutup panggilan telepon yang mencurigakan dan tidak pernah, dalam kondisi apapun, menyebutkan data pribadi atau kode OTP melalui sambungan telepon.

Sudhista menegaskan pentingnya kolaborasi antara regulator, penyedia layanan, dan masyarakat dalam memperkuat literasi keamanan digital.

“Mari menjadi generasi yang tidak hanya melek digital, tetapi juga tahan tipu digital. Keamanan adalah tanggung jawab bersama,” kata Sudhista menambahkan.