Faktabatam.id, NASIONAL – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) bergerak menguat pada perdagangan Selasa, seiring respon positif pelaku pasar terhadap kebijakan ekonomi dalam negeri.
Saat pembukaan, IHSG menguat 76,71 poin (0,95 persen) ke posisi 8.165,69. Demikian pula kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45, yang naik 11,38 poin (1,43 persen) ke posisi 8.07,69.
Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Selasa, menyebutkan bahwa tren positif ini diperkirakan berlanjut.
Penguatan IHSG ini didukung oleh beberapa sentimen domestik yang kuat. Pertama, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) akan mengalokasikan 80 persen dari total dana kelolaan senilai 10 miliar dolar AS (sekitar Rp165 triliun) untuk investasi di dalam negeri pada 2025. Investasi ini akan difokuskan pada pasar modal, baik melalui pembelian obligasi maupun saham.
Selain itu, Danantara Indonesia juga akan mendorong lebih banyak perusahaan BUMN untuk menggelar aksi Initial Public Offering (IPO) di pasar modal Indonesia. Pelaku pasar berharap langkah ini dapat memperdalam pasar modal, meningkatkan likuiditas, dan memperkuat sistem keuangan nasional.
Sentimen positif lainnya datang dari langkah Kejaksaan Agung (Kejagung) yang berhasil menyetor Rp13,2 triliun hasil korupsi CPO ke kas negara. Hal ini dinilai memperkuat kepercayaan publik terhadap penegakan hukum dan tata kelola fiskal.
Dari sisi moneter, pelaku pasar pekan ini menantikan arah kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 21-22 Oktober 2025. Sepanjang tahun 2025, bank sentral telah melakukan pemangkasan suku bunga total sebesar 125 bps ke level 4,75 persen untuk mendorong pertumbuhan dan kredit perbankan.
Sementara itu, dari luar negeri, perlambatan ekonomi China menjadi sinyal waspada karena berpotensi menekan permintaan ekspor komoditas utama Indonesia seperti batu bara, nikel, CPO, dan produk industri lain.
Namun, Bank Rakyat China (PBoC) mempertahankan suku bunga pinjaman utama (LPR) pada rekor terendah (3,0 persen untuk tenor 1 tahun dan 3,5 persen untuk tenor 5 tahun). Keputusan ini mencerminkan upaya menjaga stabilitas moneter di tengah ketegangan dagang China-AS dan langkah bank sentral AS The Fed yang lebih longgar.
Dari Amerika Serikat (AS), pelaku pasar menantikan laporan keuangan perusahaan besar seperti Netflix, Coca-Cola, Tesla, dan Intel. Terdapat juga potensi kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed pada akhir Oktober 2025.
Sentimen global didukung oleh penutupan bursa saham Eropa dan Wall Street yang kompak menguat pada perdagangan Senin (20/10). Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 1,12 persen, S&P 500 menguat 1,07 persen, dan Nasdaq Composite menguat 1,30 persen.
Penguatan bursa global ini berlanjut ke bursa saham regional Asia pagi ini. Indeks Nikkei menguat 1,55 persen, Shanghai naik 0,72 persen, Hang Seng melonjak 1,82 persen, dan Strait Times menguat 1,40 persen.