Faktabatam.id, NASIONAL – Memasuki pekan keempat Juli 2025, berbagai bencana alam kembali melanda sejumlah daerah di Indonesia. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi peristiwa dominan, disusul oleh angin kencang dan gempa bumi di beberapa wilayah.
Dari ujung barat Indonesia, kebakaran hutan terjadi di Desa Alur Gading, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, Aceh pada Sabtu (19/7). Kebakaran seluas lima hektare ini terpantau sejak pukul 20.49 WIB dan berhasil dipadamkan sekitar pukul 01.37 WIB.
Aparat masih menyelidiki penyebab kebakaran tersebut. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.
Sementara itu, di Kabupaten Aceh Besar, angin kencang dengan kecepatan rata-rata 35 knot (64 km/jam) menerjang 17 gampong di tujuh kecamatan. Peristiwa ini menyebabkan pepohonan tumbang dan atap rumah warga rusak. Sebanyak 23 Kepala Keluarga (KK) terdampak.
“BPBD Aceh Besar masih terus melakukan pembersihan pohon tumbang dan asesmen terhadap korban serta kerusakan bangunan,” jelas petugas dari BPBD Aceh Besar.
Di wilayah Sumatera Selatan, kondisi tidak kalah mengkhawatirkan. Sejak Januari hingga 19 Juli 2025, terpantau 2.102 titik panas (hotspot) di berbagai daerah seperti Ogan Ilir, Penukal Abab Lematang Ilir, Lahat, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Banyuasin, Muara Enim, dan Kota Prabumulih. Total luas lahan yang terbakar mencapai 56,70 hektare.
Untuk menanggulangi situasi tersebut, BNPB mengerahkan satgas udara bekerja sama dengan satgas darat melalui Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang berlangsung dari 13 hingga 19 Juli 2025.
“Selama operasi, dilakukan delapan sorti penerbangan dengan total 6.400 kilogram bahan semai Natrium Klorida (NaCl),” terang perwakilan BNPB.
Di Sumatera Barat, kebakaran lahan terjadi akibat cuaca panas ekstrem yang melanda Kabupaten Tanah Datar pada Sabtu (19/7) sekitar pukul 12.00 WIB. Sedikitnya 12 hektare lahan di Kecamatan Pariangan, Tanjung Emas, dan Rambatan hangus terbakar.
Petugas gabungan masih berupaya memadamkan sisa api hingga Minggu (20/7) dengan melakukan penyaluran air di titik api yang masih aktif.
Sementara itu, di Nagari Kapuh, Kecamatan XI Koto Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, kebakaran juga terjadi akibat pembakaran ranting oleh warga yang kemudian menjalar karena kondisi panas.
“Api berhasil kami padamkan bersama tim gabungan dari BPBD, Babinsa, perangkat nagari, dan masyarakat,” jelas seorang petugas di lokasi kejadian. Total satu hektare lahan terbakar akibat insiden ini.
Berpindah ke Pulau Jawa, bencana lain juga dirasakan warga Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Sejak Jumat hingga Sabtu (18-19/7), wilayah ini dilanda gempa bumi dengan magnitudo 1,9 hingga 3,3 yang terjadi berulang kali.
“Selama dua hari, kami mencatat 64 kali gempa. Setidaknya 34 rumah warga mengalami kerusakan ringan hingga sedang,” ujar pihak BPBD Probolinggo.
Sebanyak 15 Kepala Keluarga memilih bermalam di luar rumah karena khawatir akan gempa susulan. BPBD menyalurkan bantuan seperti makanan siap saji, terpal, paket sandang, hingga hygiene kit untuk warga terdampak.
Menghadapi musim kemarau ini, BNPB meminta masyarakat tetap waspada. Berdasarkan prakiraan cuaca dasarian ketiga Juli 2025, curah hujan di banyak wilayah Indonesia mengalami penurunan.
“Jangan lakukan aktivitas pembakaran, baik sampah maupun lahan, untuk mencegah kebakaran hutan. Gunakan masker dan pelindung diri lainnya agar terhindar dari polusi dan sengatan panas matahari,” imbau BNPB dalam pernyataan resminya.