NASIONAL – Groundbreaking atau peletakan batu pertama proyek baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) yang akan dilaksanakan pada pekan ketiga Juni 2025 dinilai menjadi langkah penting dalam mendorong hilirisasi industri dan percepatan transisi energi nasional.
Anggota Komisi XII DPR RI, Gandung Pardiman, menyatakan bahwa proyek ini bukan sekadar pengembangan industri biasa, melainkan cerminan arah kebijakan negara dalam mengurangi ketergantungan terhadap ekspor bahan mentah.
“Groundbreaking ini mencerminkan arah kebijakan negara yang ingin keluar dari ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Kita harus membangun ekosistem industri dari hulu sampai hilir di dalam negeri,” ujar Gandung di Jakarta, Rabu (4/6).
Gandung menegaskan bahwa proyek harus inklusif dan melibatkan pelaku usaha nasional, termasuk BUMN, koperasi, dan UMKM, agar nilai ekonomi dapat dirasakan secara merata oleh masyarakat.
“Penting bagi kita memastikan bahwa manfaat proyek tidak hanya dinikmati oleh perusahaan besar. Harus ada ruang bagi pelaku usaha kecil dan daerah untuk ikut tumbuh dalam ekosistem ini,” lanjutnya.
Ia juga menyoroti pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dalam proyek ini, dengan menerapkan praktik pertambangan yang baik dan teknologi ramah lingkungan.
“Transisi energi tidak boleh menimbulkan kerusakan baru. Proyek ini harus memperhatikan prinsip keberlanjutan, menjaga lingkungan, dan berpihak pada rakyat,” tegas Gandung.
Proyek ini merupakan bagian dari strategi nasional yang digagas oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Nantinya, megaproyek ini akan mencakup pembangunan smelter HPAL (High-Pressure Acid Leach), pabrik prekursor-katoda, fasilitas produksi sel baterai, dan battery pack.
Menurut Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, investasi proyek ini diperkirakan mencapai 6–7 miliar dolar AS atau sekitar Rp97–114 triliun, serta diproyeksikan menciptakan lebih dari 20.000 lapangan kerja.
“Ini adalah proyek pertama di Asia Tenggara yang membangun rantai pasok baterai secara terintegrasi. Indonesia harus berhenti menjadi pasar dan mulai menjadi pemain dalam industri masa depan,” ungkap Bahlil.
Proyek baterai kendaraan listrik ini diyakini akan menjadi titik awal kebangkitan Indonesia dalam industri energi baru terbarukan dan memperkuat posisi Indonesia di pasar global.